Breaking News

Resume Buku Psikologi Islam Rujukan Utama Ilmu Psikologi Dunia dengan Pengantar Prof Dr Achmad Syahid, M.A.


Tulisan oleh : Deasi Novrianti

Jendelakita.my.id. - Ibnu Sina membedakan beberapa jenis jiwa, mulai dari jiwa tumbuh-tumbuhan, jiwa hewan, hingga jiwa manusia. Ia juga menjelaskan bahwa jiwa manusia memiliki kemampuan berpikir, merasakan, dan bertindak, serta memiliki hubungan yang erat dengan tubuh. 

Jiwa, bagi Ibnu Sina adalah hal yang penting untuk diketahui, karena di dalamnya ada jejak Tuhan. Hal ini terdapat dalam hadis “man arafa nafsah arafa rabbah”.  Siapa yang mengetahui jiwanya, dia mengetahui Tuhannya. Ada pula perkataan ulama tasawuf yang masyhur: Siapa yang tidak mampu mengenali jiwanya, ia tak akan mampu mengenali penciptanya,”.

Manusia hidup adalah kolaborasi dua entitas, yaitu badan dan jiwa. Jiwa manusia, walaupun inheren, merupakan satu unit tersendiri yang sebenarnya terlepas dari badan. Jiwa atau nafs itu substansi immateriil yang menjadi penyebab gerak dan mengendalikan aksi tubuh.Jiwa dan badan disatukan hanya untuk kepentingan mengarungi hidup di dunia. Meskipun kedua saling membutuhkan dan sinergis, pada kenyataannya keduanya tidak selalu sinkron. Ada kalanya jiwa membutuhkan badan, ada kalanya tidak, dan ada kalanya kehadiran badan mengganggu eksistensi jiwa. Misalnya ketika jiwa memerlukan kontemplasi dan menggapai kesempurnaan ruhaniyah, posisi fisik adalah pengganggu karena ia selalu memberi tarikan ke arah kenikmatan ragawi.

Tentang jiwa manusia, sebenarnya ada tiga layer. An Nafs almalakiyah atau an Nafs al-Insaniyyah, adalah kekuatan yang menyebabkan manusia hidup dan menggunakan potensi nalar pikiran serta memerintahkan reaksi yang rasional. Jiwa inilah yang menjadi pembeda antara jiwa manusia dengan jiwa binatang, tumbuhan, atau yang makhluk lain. Layer lainnya adalah Nafs al-nabatiyah yaitu energi pertumbuhan, dan Nafs al-Hayawaniyah atau energi naluriah.Dalam jiwa manusia (al Nafs al-Malakiyyah) terdapat software-software yang bekerja sesuai fungsi masing-masing. Ini disebut al-hiss. Misalnya daya fantasi (alhiss al-mustarak), daya khayal (alhiss al-mushawwirah), daya imajinasi (quwah mutakhayyilah), daya estimatf (quwah mutawahhimah), dan daya memori (quwwah dzakirah), dll.

Sistem-sistem itu secara rumit menyelesaikan tugas masing-masing dan sekaligus secara terintegrasi membentuk sebuah sistem berkinerja kompleks. Misalnya ketika panca indra menangkap sebuah objek, hasil capture itu oleh jiwa ditangkap sebagai input material partikular. Gambaran yang ditangkap hanya proyeksi bayangan mati belum dilengkapi informasi-informasi terperinci.

Data-data itu disimpan, lalu diidentifikasi dan ditambahkan kelengkapan secara terus menerus. Misalnya, seseorang melihat bara api. Dia bisa melihat wujud fisik bara api, dan entri itu tersimpan dalam memori, tetapi orang yang baru pertama kali tahu bara api belum bisa memberikan makna terhadapnya. Sebelum dapat memberi makna, maka individu belum dapat mengidentifikasi manfaat atau bahaya dari objek tersebut. Pengamatan yang sempurna adalah apabila data-data tentang objek telah disimpan oleh quwwah yang ada.

Pengamatan, pengenalan, dan identifikasi objek ini diproses dalam layer Nafs al-Hayawaniyyah.

Tak hanya manusia, binatang pun bisa membedakan banyak hal, misalnya ada binatang lain berbeda jenis, atau sesama jenis tetapi beda koloni, atau dalam satu koloni, ia dapat mengenali induk, saudara, atau rival. Menurut Ibnu Sina, ini adalah hasil kerja daya imajinasi retentif  (quwah mutakhayyilah) dan daya estimasi (quwah mutawahhimah).


Semoga bermanfaat 🤗