Breaking News

Tradisi "Mudik" Menjelang Lebaran

Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari *)

Jendelakita.my.id. - Tradisi Mudik atau disebut juga Pulang kampung pada masa jelang lebaran idul Fitri sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Terbukti padatnya kendaraan baik laut, darat dan udara, melebihi suasana normal nya.

Tentu budaya mudik lebaran ini menarik untuk dikaji dalam ilmu antropologi budaya.

Nilai nilai apa yang terkandung di dalam nya.

Koentjaraningrat , guru besar antropologi dalam bukunya Metode Antropologi yang merupakan singkatan Disertasi beliau bahwa kebudayaan itu memiliki banyak unsur salah satunya adalah " kepercayaan". 

Kepercayaan manusia kepada Pencipta.

Terus pertanyaan kita apa kaitan mudik lebaran dengan unsur kepercayaan sebagai bagian dari kebudayaan atau budaya itu.

Sebelum memasuki pembahasan keterkaitan keduanya, tidak salah nya kita memahami dulu apa kebudayaan (budaya).

Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan adalah hasil cipta dan karsa manusia.

Sedangkan Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan budaya adalah hasil Budi dan daya manusia untuk melawan tantangan alam dan zaman.

Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan dalam keterkaitan antara unsur unsur tersebut (mudik-kepercayaan).

Kita tidak boleh lupa teori tentang hubungan adat dan agama.

Teori hubungan adat dan agama itu sendiri mengalami perubahan dari masa ke masa.

Mulai dari pencetus teori pertama kali adalah Prof. Keyzer dan Prof. Van der Berg sampai kepada Prof. Hazairin.

Kita tidak akan membahasnya pada kesempatan ini karena memang momen dan fokus bahasan kurang mengena.

Tapi yang kita akan bahas dalam kaitannya dengan tradisi mudik lebaran adalah sebagai berikut.

Mudik suatu kata kerja yang menggambarkan suatu tradisi atau budaya masyarakat Indonesia.

Sedangkan lebaran merupakan kata benda yang menunjukkan satu momen yaitu saat / waktu - masa lebaran idul Fitri.

Mudik menunjukkan merupakan simbol budaya sedangkan lebaran simbol dari kepercayaan (agama Islam).

Bagaimana kedua variabel tersebut berhubungan. Jawaban nya ada pada teori yang disampaikan oleh dua guru besar di atas (Keyzer dan Van den Berg).

Bahwa Adat suatu masyarakat adalah cerminan dari agama nya.

Mudik suatu adat sedangkan lebaran momen salah satu ajaran agama Islam.

Jadi adanya tradisi mudik tidak terlepas dari ajaran agama Islam untuk menjalin silaturahmi antar keluarga satu dengan yang lain. Terutama bagi saudara saudara nya yang sedarah. Apalagi kalau masih ada orang tua. Guna saling maaf memaafkan satu sama lain. Momen sudah lama minimal satu tahun sekali untuk bersilaturahmi.

Karena silaturahmi atau silaturahim (momen mudik lebaran idul Fitri tepat digunakan istilah silaturahim). Menjalin tali persaudaraan yang berasal dari satu rahim.

Biasanya kalau orang tua mereka sudah tiada tentu dilanjutkan dengan ziarah kubur orang yang disayangi.

Maka nya ada satu tradisi masyarakat!. Kalau orang tua atau sanak saudara nya ada yang meninggal akan dikebumikan satu lokasi biasanya disebutkan " dibawa mudik/ ke dusun.

Salah satu dari unsur yang mendorong terjadinya adat istiadat mudik lebaran.

Sesuai dengan ajaran agama Islam "dilarang memutuskan tali silaturrahim (saudara sekandung kandung), ancaman dari Allah SWT yang bersangkutan akan mendapatkan dosa diakhirat nanti.


*) Penulis adalah Ketua Peduli Marga Batang Hari Sembilan