Breaking News

Fenomena Rendang 200 kg "Raib"

Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari *)

Jendelakita.my.id. - Beredar video maupun berita di media sosial bahwa telah terjadi peristiwa Raib rendang seberat 200 kg yang sedang dalam proses pemasakan di kawasan Benteng Kuto Besak (BKN).

Peristiwa tersebut menimbulkan beragam komentar baik dari sisi perilaku masyarakat maupun dari pihak penyelenggara serta persiapan pihak ketiga yang tersangkut.

Penulis sendiri tidak akan memasuki ranah cerita di balik peristiwa tersebut, tapi ingin mengkaji faktor faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut dari sisi sosial budaya.

Kajian berawal dari berita yang disampaikan oleh Kanit Binmas Polsek Ilir Barat I. Iptu Rino Ardiansyah sebagaimana dikutip oleh media on-line Sumsel Tribun com.

1, bahwa benar terjadi raib nya 200 kg rendang yang sedang dalam proses pemasakan;

2, bahwa pemilik nya (Rendang) adalah Willie Salim:

3, pada awal proses pemasakan rendang situasi normal tidak ada gelagat akan menunjukkan hal hal yang akan terjadi (Raib rendang)

4, namun situasi berubah saat Willie Salim meninggal lokasi 

5, saat situasi tidak terkendali yaitu berbarengan dengan padamnya lampu penerangan di lokasi 

6, pihak kepolisian sudah menghimbau agar  masyarakat di sekitar nya jangan mengambil/ berebut karena rendang belum Mateng dan masih panas karena dalam proses pemasakan.

7, masyarakat menggunakan alat alat dapur untuk mengambil rendang tersebut seperti, gayung, bahkan kuali, ember dan lain sebagainya.

Melihat fenomena di atas terlepas dari mana awal peristiwa tersebut (misalnya ada citizen) yang berkomentar itu adalah settingan dan lain sebagainya.

Tapi yang jelas berdasarkan fakta informasi dari pihak kepolisian yang diwakili oleh Binmas Polsek Ilir Barat I di atas, maka dapat diduga bahwa 

1, tidak adanya koordinasi yang baik dari pihak penyelenggara dalam hal ini Willie Salim;

2, lokasi pemasakan rendang dilakukan di alam terbuka, sehingga kontrol dan penjagaan tidak maksimal 

3, dalam situasi serba berat yang dirasakan oleh masyarakat dalam menghadapi kenyataan hidup, mendorong mereka untuk melakukan hal hal yang tidak diinginkan.

4, semoga peristiwa tersebut tidak terulang lagi di masa masa yang akan datang.