STAI Bumi Silampari Lubuklinggau Sukses Gelar Seminar Pencegahan Radikalisme untuk Indonesia Harmoni
Jendelakita.my.id. - Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bumi Silampari Lubuklinggau sukses menyelenggarakan seminar bertajuk "Pencegahan Radikalisme untuk Indonesia Harmoni".
Kegiatan berlangsung di aula Lantai II pada hari Kamis tanggal 30 Januari 2025.
Ngimadudin, M.H., selaku Ketua STAI Bumi Silampari menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa dan masyarakat terhadap bahaya radikalisme serta pentingnya pemahaman agama yang benar.
Dalam seminar ini, hadir 3 nara sumber yang kompeten yaitu Kapten Inpantri Budi Raharjo PASI intel Kodim 0406, Ismurijal Umar, M.Si., FKUB Kota Lubuklinggau, Dr. Muhammad Yunus, M.Pd., selaku akademisi sekaligus merupakan Wakil Ketua III STAI Bumi Silampari.
Kapten Inpantri Budi Raharjo PASI intel Kodim 0406 selaku pembicara pertama mewakili Dandim 0406 menyampaikan materi terkait bagaimana pola rekrutmen radikalisme salah satunya melalui media sosial (dengan akun palsu) serta propaganda.
"Ada 2 pendekatan penanganan yaitu dengan Soft Approach dengan program pencegahan dan program deradikalisme serta Hard Approach" ujar Kapten Inpantri Budi Raharjo PASI intel Kodim 0406.
Ismurijal Umar, M.Si., Ketua Forum Komunikasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Lubuklinggau mengatakan bahwa diskusi ini harus dibatasi dengan kriteria bahwa radikalisme adalah perubahan yang tidak sesuai aturan yang ada.
"Perlu diingat bahwa Indonesia bukan negara agama, tetapi negara yang beragama" ungkap Ismurijal Umar, M.Si., Ketua Forum Komunikasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Lubuklinggau.
Dr. Muhammad Yunus, M.Pd., lebih dalam membahas bagaimana literalisme dalam memahami teks keagamaan dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong radikalisme. Para peserta diberikan pemahaman tentang pentingnya hermeneutika sebagai metode interpretasi yang lebih kontekstual terhadap teks-teks keagamaan.
"Radikalisme sering kali muncul akibat pemahaman skriptural yang hanya berpegang pada makna harfiah teks suci tanpa mempertimbangkan konteks historis dan sosial. Hal ini terbukti dari berbagai kasus ekstremisme yang berakar pada penafsiran sempit terhadap ayat-ayat jihad" tegas Dr. Muhammad Yunus, M.Pd. yang merupakan lumni Doktoral Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebagai solusi, seminar ini menyoroti peran hermeneutika modern dalam membangun pemahaman agama yang lebih inklusif dan rasional. Dengan metode ini, teks suci tidak hanya dipahami secara literal, tetapi juga dalam perspektif sosial, budaya, dan psikologi, sehingga dapat mencegah interpretasi yang keliru dan ekstrem.
Acara ini mendapat antusiasme tinggi dari peserta, yang terdiri dari mahasiswa, dosen, serta tokoh pemuda dan tokoh masyarakat. Mereka berharap seminar serupa dapat terus diadakan untuk memperkuat pemahaman agama yang lebih moderat dan menciptakan harmoni di tengah keberagaman Indonesia.
Dengan adanya seminar ini, STAI Bumi Silampari Lubuklinggau semakin menegaskan perannya dalam mencetak generasi yang tidak hanya religius, tetapi juga berpikiran terbuka dan mampu menangkal paham-paham radikal.