Perjuangan Menjadi Seorang Guru PAUD
Tulisan Oleh: Husnul Khotimah
(Mahasiswa Program Studi PIAUD Sekolah Tinggi Agama Islam Bumi Silampari)
Jendelakita.my.id. - Alhamdulillah tahun 2006 saya lulus sekolah menengah atas dengan nilai yang memuaskan menurut saya. Dengan perjuangan yang tidak mudah penuh dengan rintangan, tantangan dan ujian yang besar, Karen asebelum saya lulus SMA, saya telah ditinggal pergi selamanya oleh orang yang sangat saya sayangi yaitu ayah saya.
Sejak saya masih usia anak-anak saya sudah suka dan senang dengan anak kecil, saya suka sekali bermain dengan anak usia paud. Setiap melihat anak kecil hati saya rasanya damai dan senang melihat kelucuan dan tingkah laku mereka yang selalu terbayang setiap saat.
Menurut saya guru adalah “Suatu panggilan Jiwa” namun menurut sebagian besar masyarakat guru adalah sebagai pendidikan anak-anak dan merupakan suatu pekerjaan yang mudah dilakukan. Perjuangan menjadi seorang guru tidaklah mudah jika tidak diniatkan dengan ikhlas dan sabar. Menjadi seorang guru merupakan cita-cita saya semenjak saya duduk dibangku sekolah dasar. Setiap hari saya selalu bermain peran seorang guru bersama teman-teman sebaya.
Setelah lulus SMA saya diminta oleh ketua Yayasan Muhammadiyah untuk menjadi salah satu pendidik di PAUD yang ada di desa saya untuk menggantikan kakak saya yang sudah tidak mengajar di PAUD tersebut karena ikut suami. Tepatnya bulan Agustus tahun 2006 saya mulai mengajar di Taman kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal yang ada di desa saya. Semenjak saat itu jiwa keibu-ibuan saya mulai tertanam dan bermunculan dari mulai menenangkan anak yang menangis, membukakan botol minum, memasang sepatu, memngancing baju, serta membersihkan tempat makan sampai mengantarkan ke toilet (WC).
Semenjak saya mengajar saya benar-benar berjuang dengan ikhlas dengan sekuat jiwa raga saya dengan gaji yang sangat rendah namun tidak menjadikan semangat dan perjuangan saya menurun tetapi dengan gaji yang sangat kecil bisa membuat semangat saya semakin besar dan membuat saya semakin sabar. Walaupun dengan berjalan kaki menuju sekolah taman kanak-kanak tempat saya mengajar tetapi tetap saya syukuri dan selalu semangat tidak peduli panas maupun hujan saya tetap berangkat ke sekolah msekipun dalam keadaan basah kuyup.
Setelah 3 tahun kujalani, akhirnya saya pun bertemu dengan jodoh saya dan saya menikah ditahun 2009. Setelah menikah perjuangan saya semakin sulit dan semakin penuh dengan rintangan dan tantangan. Selain perjalanan yang sangat jauh sekitar 10 kilometer, jalan di desa suami saya juga sangat jelek, apabila musim hujan tiba jalannya banjir sehingga kendaraan saya sering mogok. Namun itu semua kujalani dengan penuh ikhlas dan sabar. Karena kunci kesuksesan seseorang adalah sabar dan jujur. Dan saya yakin dibalik semua ini pasti ada hikmahnya.
Bermain dengan dunia anak-anak itu mengasyikkan melihat canda tawa mereka yang lepas tanpa beban membuat hati saya menjadi tenang dan damai. Anak-anak itu ibarat kertas putih yang bersih tanpa ada coretan sedikitpun. Olah karena itu saya berusaha mengisi dan menulis kertas putih itu dengan kasih sayang yang tulus, dengan ilmu, akhlak yang baik dengan nasehat, dengan kesabaran supaya kelak mereka dewasa akan selalu terukir di dalam hati dan pikiran mereka tentang kebaikan dan mereka akan selalu ingat kepada saya. Walaupun ilmu yang saya berikan mungkin hanya sedikit namun akan selalu bermanfaat hingga mereka dewasa. Saya hanya bisa berdoa kepada Allah SWT semoga anak didik saya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholeha, menjadi anak yang sukses dan menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia. Sesuai dengan apa yang menjadi visi sekolah saya yaitu menjadi generasi yang sehat, cerdas, kreatif dan berakhlak mulia. Aamiin.