Palembang Persinggahan Perdagangan Rempah
Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)
Jendelakita.my.id - Terbaca di media sosial Ada seminar nasional dengan Thema Palembang Pelabuhan Internasional Jalur Perdagangan Rempah (begitu kira kira bunyi nya.)
Terlepas dari semua itu baik ; Thema, dan penyelenggara, tidak akan dibahas. Tetapi yang menjadi fokus bahasan kita dari sisi sejarahnya.
Bicara rempah bukan lah hal yang baru. Tapi sudah berabad abad menjadi barang komoditi prima dan utama, karena saat itu dunia sangat membutuhkan nya, baik untuk kehidupan manusia maupun untuk mencari dan menguasai wilayah yang ada memiliki hasil bumi tersebut yang disebut REMPAH itu.
Beberapa negara di Eropa misalnya saja Spanyol, Portugis, nyusul Inggris dan Belanda serta negara negara lainnya, menelusuri wilayah wilayah baru guna memperluas tanah jajahan ataupun motivasi perdagangan.
Peristiwa seperti ini terutama di bumi Nusantara., singkat cerita berlanjut.
Tentu kedatangan mereka bisa disambut dengan senang hati ataupun dengan perlawanan.
Perlawanan tentu kalau di wilayah tersebut telah sudah ada penguasa lokal (Raja raja Timur). Yang memang telah menguasai masyarakat sebagai kawula nya, baik secara kerja sama maupun keterpaksaan. Tentu sistem nya adalah dengan pendekatan cultural. Bisa dengan bahasa kita disebut " Angken angkenan (mengangkat/ menganggap saudara sendiri) tentu ada untungnya bagi kedua belah pihak. Terutama pendekatan pada pimpinan informal.
Tentu kondisi begini menjadi dilema bagi masyarakat petani rempah yang ada di pedalaman (dusun).
Karena seperti kita ketahui sistem perdagangan adalah menggunakan sistem monopoli dan oligopoli.
Di mana masyarakat petani dipaksa menanam rempah dan harus dijual kepada yang memerintah (penguasa lokal maupun kolonial).
Dengan menggunakan kaki tangan yang saat itu kita sebut saja secara global adalah pimpinan informal yang diangkat oleh penguasa.
Kesimpulan bahwa Palembang dulunya menjadi pelabuhan internasional perdagangan rempah baik saat penguasa lokal maupun kolonial.
Tujuan mereka adalah untuk mencari keuntungan yang sebesar besarnya guna memenuhi kebutuhan pemerintahan nya.
Rakyat atau petani saat itu menjadi objek, karena keuntungan yang besar tidak mereka peroleh.
*) Penulis adalah Ketua Peduli Marga Batang Hari Sembilan