Breaking News

Usaha Usaha Membangun Mental-Karakter Pancasila


 Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Usaha Usaha Membangun mental karakter Pancasila memerlukan berbagai usaha pembudayaan secara konsisten, berkelanjutan, dan terpadu. Salah satu yang terpenting adalah melalui pendidikan karakter.

Ingat pandangan Durkheim yang dikutip Yudi Latif, fungsi lembaga pendidikan bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan menjadi wahana untuk menumbuhkan warga negara yang baik ( good citizen)..

Dalam usaha melakukan pembudayaan Pancasila, dunia pendidikan ditantang untuk memperbaiki pendidikan karakter, yang selama ini cenderung diabaikan oleh perhatian yang berlebihan terhadap interes-interes praktis -pragmatis.

Pendidikan harus kembali pada hakekatnya seperti yang dikemukakan oleh suhu pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, yakni suatu proses belajar menjadi manusia seutuhnya dengan belajar dari kehidupan sepanjang hidup ( lihat buku yang berseri " Pendidikan dan Kebudayaan".

Dengan demikian, ' pendidikan " merupakan sesuatu yang lebih luas dan esensial dari pada pengajaran.

Pendidikan bermaksud" menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi tingginya.

Pendidikan sebagai proses belajar menjadi manusia seutuhnya itu diaktifkan melalui pendidikan budi-pekert. Budi mengandung arti " pikiran, perasaan dan kemauan: pekerti artinya" tenaga,. Alhasil, pendidikan Budi pekerti mengupayakan bersatunya pikiran, perasaan dan tekad kemauan manusia yang mendorong kekuatan tenaga yang dapat melahirkan penciptaan dan perbuatan yang baik, benar dan indah.

Dalam pendidikan Budi pekerti, pendidikan karakter bukan sekedar ornamen pendidikan, melainkan sesuatu yang bersifat esensial. Pendidikan karakter menggarap pelbagai aspek dari pendidikan moral, pendidikan kewarganegaraan dan pengembangan karakter. Pendidikan moral menitikberatkan dimensi etis dari individu dan masyarakat serta memeriksa bagaimana standar standar kebenaran dan kesalahan dikembangkan. Agama dan filsafat( khusus filsafat Pancasila) menyediakan fondasi untuk diskusi diskusi moral dan pertimbangan pertimbangan etis tentang bagaimana restorasi nilai nilai kebijakan berlangsung di lingkungan dunia pendidikan..

Pendidikan kewargaan ( Civic education) memberikan kesempatan bagi keterlibatan aktif dalam proses proses demokrasi yang bertanggung jawab di lembaga pendidikan dan komunitas. Basis pengetahuannya mencakup prinsip prinsip dan nilai nilai demokrasi menurut alam Pancasila yang dapat digunakan oleh siswa untuk memeriksa hak hak sipil dan tanggung jawab mereka serta untuk berpartisipasi dalam komunitas lokal demi kebijakan bersama. Watak sipil, karakteristik warga negara yang baik dalam sistem demokrasi, diamati dan ditekankan baik dalam pembelajaran di kelas maupun dalam aktivitas ekstrakurikuler.

Pendidikan kewargaan tidak bisa hanya sekedar menawarkan teori teori kewargaan secara abstrak, yang dipungut dari pengalaman negara negara luar. Pendidikan kewargaan menjadi berarti sejauh dikontektualusasikan dengan realita kebangsaan ke Indonesia an , yang memiliki nilai nilai inti yang khas, yang terkristalisasi dalam Pancasila.

Dalam pendidikan karakter, komunitas sekolah mengidentifikasi nilai nilai inti sekolah dan pekerjaan untuk mendidik dan meneguhkan nilai nilai bersama dalam kehidupan siswa. Konsensus mesti dicapai untuk mengembangkan visi bersama tentang sifat sifat karakter yang harus dipelihara. Sifat sifat karakter ini harus merembesi lingkungan belajar siswa, baik dalam kelas, jalan masuk, gimnasium, kafetaria, lapangan olahraga dan tempat tempat lainnya. Sifat sifat karakter merupakan bagian dari tatanan komunitas secara keseluruhan dan stakeholders menyusun model dari perilaku yang diharapkan.

Pendidikan karakter seringkali diintroduksikan ke dalam kelas lewat medium kesusastraan, pelajaran sejarah dan kepahlawanan. Siswa siswa memeriksa sifat sifat karakter yang menjelma dalam diri para pahlawan itu. Studi seperti ini hanya lah bagian dari pendidikan karakter yang ditransformasikan menjadi etos komunitas sekolah. Pada intinya, untuk menanam nilai nilai dasar, siswa harus bisa menemukan teladan yang baik dalam semua aspek kehidupan sekolah dan lingkungan.***

*) Penulis adalah Ketua Peduli Marga Batang Hari Sembilan