Breaking News

Syekh Siti Jenar Jilid Dua di Zaman Modern


Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Syech Siti Jenar adalah nama yang selalu dikaitkan - salah kaprah - dengan mistik kejawen, yakni agama Hindu-Budha serta paham animisme dan dinamisme, jauh dari agama yang dianutnya sendiri, yakni Islam.

K.H. Muhammad Sholihin, terdorong untuk menulis buku buku Islam secara umum , antara lain Sufisme Syech Siti Jenar, Ajaran Makrifat Syekh Siti Jenar dari Manunggaling Kawula Gusti.

Syekh Siti Jenar adalah mistikus Islam besar di Indonesia (Jawa) yang sebenarnya memiliki gagasan gagasan spiritual mendalam. Sehingga dia dipuja dan dicerca.

Syekh Siti Jenar hidup antara tahun 1348-1439 H/ 1426-1517 M.

Beliau menurut salah satu referensi berasal dari keturunan ulama di Malaka.

Menurut KH. Muhammad Sholikhin , Syech Siti Jenar berpuncak pada Sayidina Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.

Namun dalam tulisan ini , penulis tidak akan memfokuskan riwayat lengkap dari Syekh Siti Jenar. Tapi ingin mencoba mengkaji apakah ada kesamaan (jilid dua) kondisi politik di zaman itu Syekh Siti Jenar (di kerajaan Demak, khususnya pada masa Pemerintahan Raden Fatah).

Dengan situasi dan kondisi di zaman modern ini dari sisi peran ulama dan penguasa pemerintahan.

Sebelum melanjutkan pokok bahasannya bahwa sebagai informasi Syekh Siti Jenar pernah melanjutkan pengembaraan nya menuju Palembang. Di Palembang dia menemui Aria Damar, seorang Adipati sekaligus pengamal sufi kebatinan yang juga santri dari Maulana Ibrahim Samarkandi.

Diperkirakan Syekh Siti Jenar berguru kepada Aria Damar antara tahun 1448-1450 M.

Ajaran ajaran yang dibawa oleh Syekh Siti Jenar, menurut kalangan Ulama Wali Songo (Syekh Siti Jenar, anggota majelis ulama wali songo pada masa itu), terlalu tinggi untuk diterima oleh masyarakat awam yang baru belajar agama Islam saat itu Karena pada umumnya Walisongo baru memberikan pengajaran masalah syariat dan fiqh.

Sehingga menurut ulama wali songo sangat berbahaya kalau dibiarkan berkembang ajaran "ketuhanan" dari Syekh Siti Jenar tersebut.

Di samping faktor agama, sosial budaya; rupanya di dalam perselisihan tersebut ada faktor politik (ini yang penulis maksud kan jilid dua).

Akhirnya secara umum dari beberapa Sumber menyimpulkan bahwa Syekh Siti Jenar, hasil dari keputusan Majelis Ulama Wali Songo: harus dihukum mati.

Namun masalah eksekusi nya masih meninggalkan debatebel.

Setidaknya ada tujuh versi pendapat para penulis yang saling berbeda .

Lima versi mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar meninggal karena dieksekusi oleh Wali Songo.

Sedangkan dua versi Syekh Siti Jenar meninggal karena kemauan nya sendiri dengan berkonsentrasi, menutup hidupnya dan kemudian meninggal dunia.

Karena dia tidak mau untuk datang ke istana, untuk menjalani hukuman mati , karena menurut nya Wali dan Raja tidak berbeda dengan dirinya sama sama terbalut darah dan daging yang akan menjadi bangkai.

Setelah ditelusuri bahwa dibalik cerita itu ada tokoh yang mengaku ngaku dan mengajarkan ilmu sesat (yang ditentang wali songo) sebagai Syekh Siti Jenar palsu.yaitu muridnya sendiri yang bernama San Ali Anshar mengaku sebagai Syekh Siti Jenar.

Menurut sumber tadi orang inilah yang dibunuh (hukuman mati) karena sudah melancarkan berbagai fitnah keji terhadap Syech Siti Jenar sebagai guru dan anggota Walisongo.

Di samping itu Syekh Siti Jenar menurut penguasa dan beberapa ulama syar'i, untuk memperkuat posisi dan jabatannya di kerajaan Demak saat itu.

Karena sedang terjadi pergulatan antara kerajaan Majapahit akhir dengan kerajaan Demak. Dengan figur Raden Fatah dan Sultan Trenggono.

Kesimpulan jadi alasan mendasar penjatuhan hukuman terhadap Syekh Siti Jenar sebenarnya adalah kekhawatiran atas runtuhnya wibawa Sultan, menghilang pengaruh Walisongo dan kekhawatiran kekuatan Syekh Siti Jenar sebagai kekuatan oposisi politik.***

*) Penulis adalah Ketua Peduli Marga Batang Hari Sembilan