Breaking News

Sistem Pesantren sebagai Pendidikan Islam di Indonesia

 

Jendelakita.my.id. - Artikel berjudul Sistem Pesantren sebagai Pendidikan Islam di Indonesia ditulis oleh Ngimadudin, Muhammad Akip, Megi Andika, Malikul Sahhan, dan Muhammad Arsyad, yang merupakan peneliti dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bumi Silampari Lubuklinggau. Artikel ini diterbitkan dalam Edification Journal: Pendidikan Agama Islam Volume 7, No. 1, pada Juli 2024. Artikel ini membahas pentingnya sistem pesantren dalam pendidikan Islam di Indonesia, termasuk sejarah perkembangan, prospek masa depan, serta tantangan yang dihadapi oleh pesantren.

 Dalam pendahuluan, penulis menjelaskan bahwa pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang berfokus pada pengajaran agama Islam sebagai pedoman hidup (tafaqquh fi al-din) dan pembentukan nilai moral dalam masyarakat. Pesantren pertama kali muncul di masyarakat pedesaan dan berfungsi sebagai pusat pendidikan agama yang menekankan pentingnya akhlak. Sebelum kemerdekaan Indonesia, pesantren memainkan peran penting dalam gerakan perlawanan terhadap penjajah Belanda, terutama dalam pemberontakan petani di Cilegon-Banten tahun 1888 dan jihad Aceh pada 1873.

 Setelah kemerdekaan, pesantren mengalami perkembangan yang pesat, terutama ketika Indonesia memasuki era Orde Baru. Pesantren mulai mengadopsi kurikulum ganda yang mencakup pelajaran agama dan umum, meskipun beberapa pesantren masih menyesuaikan kurikulum sesuai kebutuhan mereka sendiri. Sistem pesantren ini telah terbukti adaptif terhadap perubahan zaman, namun tetap mempertahankan identitas keagamaannya yang kuat.

 Penulis juga menguraikan perbedaan antara dua jenis pesantren utama di Indonesia, yaitu pesantren salafi dan pesantren kholafi. Pesantren salafi berfokus pada pengajaran kitab-kitab klasik atau kitab kuning, yang menekankan pada pelajaran agama tanpa memasukkan pelajaran umum. Contoh pesantren salafi adalah Pesantren Lirboyo di Kediri dan Pesantren Tremas di Pacitan. Sementara itu, pesantren kholafi lebih modern karena menggabungkan pelajaran umum dan bahkan mendirikan lembaga pendidikan formal seperti sekolah atau universitas. Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo adalah salah satu contoh pesantren kholafi.

 Selain itu, penulis juga menyoroti sistem pembelajaran di pesantren yang menggunakan metode tradisional seperti sorogan, bandungan, dan wetonan. Metode ini memungkinkan santri untuk belajar secara langsung dari seorang kyai dengan mempelajari kitab-kitab dalam bahasa Arab. Metode sorogan adalah sistem di mana santri membaca langsung kepada kyai dan mendapat koreksi, sementara bandungan adalah sistem di mana kyai membacakan kitab dan santri menyimak serta mencatat. Wetonan adalah metode pengajaran di mana santri datang pada waktu-waktu tertentu untuk mendengarkan pelajaran dari kyai.

 Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai tempat untuk mendidik santri dalam keterampilan hidup sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Penulis mencatat bahwa pesantren berfungsi sebagai wadah pembentukan karakter, di mana santri diajarkan untuk hidup secara Islami dalam lingkungan yang tertib dan disiplin. Pesantren juga bertujuan untuk membimbing para santri agar menjadi generasi Muslim yang berpengetahuan luas dan berakhlak mulia, sehingga mereka dapat berkontribusi pada masyarakat.

 Dalam menghadapi tantangan modern, penulis menekankan pentingnya pesantren untuk terus berkembang dan beradaptasi. Meskipun pesantren telah mengalami berbagai perubahan, tetap ada kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren, baik dari segi fasilitas maupun metode pengajaran. Penulis juga menyoroti perlunya regenerasi kepemimpinan di pesantren agar institusi ini tetap berkelanjutan dan mampu menghadapi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Kesimpulan:

Artikel ini menunjukkan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki sejarah panjang di Indonesia dan telah berperan penting dalam pengembangan keilmuan Islam serta pembentukan karakter umat Muslim. Meskipun pesantren terus mengalami perubahan dan modernisasi, identitas tradisionalnya sebagai pusat pengajaran agama tetap dipertahankan. Perbedaan antara pesantren salafi dan kholafi mencerminkan keberagaman dalam sistem pendidikan pesantren di Indonesia, di mana keduanya memiliki peran penting dalam membentuk generasi Muslim yang berilmu dan berakhlak mulia. Dalam menghadapi tantangan modern, pesantren perlu terus beradaptasi dan memperkuat sistem regenerasi agar tetap relevan dalam menghadapi perkembangan zaman.