Khalid Bin Walid
![]() |
Image by ekrem from Pixabay |
Jendelakita.my.id - Khalid bin Walid adalah salah satu panglima perang paling terkenal dalam sejarah Islam. Ia dikenal dengan julukan "Saifullah" (Pedang Allah) karena keberaniannya, kecakapannya dalam strategi militer, serta peran besarnya dalam penaklukan-penaklukan penting selama masa awal Islam.
Latar Belakang
Khalid bin Walid lahir di Mekkah sekitar tahun 592 M, dari keluarga suku Quraisy yang terpandang. Ayahnya, Walid bin al-Mughirah, adalah seorang tokoh berpengaruh di Mekkah. Sebelum masuk Islam, Khalid dikenal sebagai seorang pemimpin militer yang sangat dihormati oleh kaumnya. Dalam Perang Uhud (625 M), Khalid bin Walid, yang masih belum memeluk Islam saat itu, memainkan peran penting dalam kemenangan Quraisy melawan kaum Muslim. Ia memanfaatkan celah dalam pasukan Muslim yang terjadi akibat pasukan pemanah yang meninggalkan posisi mereka.
Masuk Islam
Khalid bin Walid memeluk Islam pada tahun 629 M, setelah Perjanjian Hudaibiyah. Keputusannya untuk memeluk Islam dipengaruhi oleh mimpinya serta keyakinan bahwa Islam adalah kebenaran. Khalid kemudian pergi ke Madinah dan bertemu dengan Rasulullah SAW, yang menyambutnya dengan hangat. Pada saat itu, Rasulullah memberinya julukan "Pedang Allah" karena perannya yang sangat penting dalam perjuangan Islam.
Karier Militer di Bawah Rasulullah SAW
Setelah memeluk Islam, Khalid bin Walid menjadi salah satu panglima militer andalan kaum Muslim. Ia memimpin berbagai ekspedisi militer dan memainkan peran penting dalam beberapa pertempuran besar, termasuk:
Perang Mu'tah (629 M): Khalid bin Walid memimpin pasukan Muslim setelah tiga komandan Muslim lainnya gugur. Meskipun pasukan Muslim kalah jumlah besar-besaran, Khalid berhasil membawa pasukan Muslim kembali dengan selamat, dan ia menunjukkan kemampuan luar biasa dalam taktik perang. Karena keberhasilannya menyelamatkan pasukan, ia mendapatkan julukan "Saifullah" dari Rasulullah.
Penaklukan Mekkah (630 M): Khalid memimpin salah satu pasukan Muslim yang memasuki Mekkah tanpa pertumpahan darah, memperlihatkan kepemimpinannya yang cemerlang dalam strategi militer dan diplomasi.
Perang Tabuk (631 M): Khalid bin Walid juga berpartisipasi dalam Perang Tabuk, meskipun pertempuran tidak terjadi. Namun, ekspedisi ini menunjukkan dominasi militer kaum Muslim di kawasan tersebut.
Karier Militer Setelah Rasulullah SAW
Setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 M, Khalid bin Walid terus memainkan peran penting dalam ekspansi Islam. Di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab, Khalid terlibat dalam banyak pertempuran besar, termasuk:
Perang Riddah (632-633 M): Setelah wafatnya Rasulullah, beberapa suku di Jazirah Arab memberontak dan menolak untuk membayar zakat. Khalid ditugaskan oleh Abu Bakar untuk memadamkan pemberontakan ini. Ia berhasil menaklukkan para pemberontak dan memulihkan stabilitas di wilayah tersebut.
Penaklukan Kekaisaran Persia dan Bizantium: Khalid bin Walid juga memainkan peran besar dalam penaklukan wilayah Kekaisaran Persia dan Bizantium. Di antara pertempuran paling terkenal adalah:
- Pertempuran Yamamah (633 M), melawan Musailamah al-Kazzab, seorang nabi palsu.
- Pertempuran Yarmuk (636 M), salah satu pertempuran terbesar melawan Kekaisaran Bizantium. Kemenangan besar ini membuka jalan bagi ekspansi Islam ke wilayah Syam (Suriah dan sekitarnya).
Akhir Hidup
Di puncak kejayaannya, Khalid bin Walid dipecat dari jabatannya sebagai panglima oleh Khalifah Umar bin Khattab. Meskipun Umar menghormati Khalid, ia khawatir kaum Muslim terlalu bergantung padanya. Khalid menerima keputusan ini dengan ikhlas dan menghabiskan sisa hidupnya di Homs, Suriah. Ia wafat pada tahun 642 M.
Khalid bin Walid dikenal sebagai panglima perang yang tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran. Di akhir hidupnya, ia mengatakan bahwa ia berharap mati syahid di medan perang, namun sebaliknya ia wafat di tempat tidur.