Heiho, Sang Saudagar Baik Hati
![]() |
Image by Tumisu from Pixabay |
Jendelakita.my.id - Di sebuah desa kecil di pinggiran hutan, hiduplah seorang saudagar bernama Heiho. Ia terkenal sebagai saudagar kaya yang memiliki berbagai usaha, mulai dari penggilingan padi hingga perdagangan sutra. Namun, bukan hanya kekayaannya yang membuat Heiho terkenal, melainkan hatinya yang sangat baik. Heiho selalu membantu orang-orang yang membutuhkan, meskipun mereka tak memiliki apa-apa untuk dibalas.
Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan di pasar desa, Heiho melihat seorang wanita tua yang duduk di pojok, memegang mangkuk kecil yang hampir kosong. Bajunya kumal, dan wajahnya dipenuhi garis-garis ketuaan serta kelelahan. Wanita itu tampak meminta-minta, namun tak ada satu orang pun yang peduli padanya.
Dengan cepat, Heiho menghampirinya. "Nenek, apa yang bisa saya bantu?" tanyanya lembut.
Wanita tua itu menatap Heiho dengan mata berair. "Anakku, aku sudah tua dan tak lagi mampu bekerja. Aku kelaparan dan tidak punya apa-apa untuk dimakan. Bisakah kau memberiku sedikit makanan?" pintanya.
Tanpa berpikir panjang, Heiho langsung memberikan sekantong besar beras, roti, dan beberapa buah apel kepada wanita itu. "Ini untuk nenek. Jangan khawatir tentang bayarannya. Anggap saja ini sebagai hadiah," katanya sambil tersenyum.
Wanita tua itu sangat terharu. Dengan air mata yang mengalir di pipinya, ia mengucapkan terima kasih berulang kali. Namun sebelum pergi, ia berkata, "Anakku, kebaikanmu ini tidak akan sia-sia. Suatu hari nanti, kebaikanmu akan dibalas dengan cara yang tak pernah kau bayangkan."
Hari-hari berlalu, dan kehidupan Heiho berjalan seperti biasa. Ia tetap sibuk dengan usahanya, selalu membantu mereka yang kesusahan. Namun, tanpa ia sadari, musim kemarau panjang melanda desa. Tanaman-tanaman tak tumbuh, dan sumber daya mulai menipis. Usaha Heiho mulai merugi, dan orang-orang yang biasanya ia bantu pun tak lagi mampu bertahan.
Suatu pagi, Heiho bangun dengan rasa khawatir di hatinya. "Apa yang akan terjadi jika kemarau ini terus berlanjut? Aku mungkin tak lagi mampu membantu orang-orang," gumamnya sambil menatap langit yang tak juga menunjukkan tanda-tanda hujan.
Namun, tepat saat itu, seorang pria asing datang ke rumahnya. Pria itu berpakaian lusuh, namun ada sesuatu yang bersinar di matanya. "Tuan Heiho," katanya. "Aku mendengar tentang kebaikanmu. Aku memiliki sesuatu yang mungkin bisa menolongmu."
Heiho terkejut. "Apa yang bisa kau tawarkan?" tanyanya dengan penasaran.
Pria itu mengeluarkan sebuah kantong kecil dari balik jubahnya. "Ini adalah biji ajaib. Jika kau menanamnya dan merawatnya dengan baik, dalam semalam ia akan tumbuh menjadi pohon besar yang menghasilkan buah-buahan tak terbatas. Kau bisa memberi makan seluruh desa dengan pohon ini."
Awalnya, Heiho ragu. Bagaimana mungkin ada pohon seperti itu? Tapi pria itu terlihat begitu meyakinkan, dan tak ada salahnya mencoba. Dengan hati-hati, Heiho menanam biji itu di halaman belakang rumahnya.
Keesokan harinya, Heiho terbangun dan langsung menuju ke halaman. Betapa terkejutnya ia melihat pohon besar yang berdiri kokoh, dipenuhi buah-buahan segar. Pohon itu begitu rindang, seakan mampu memberi makan seluruh desa.
Dengan segera, Heiho memetik buah-buahan itu dan membagikannya kepada penduduk desa yang kelaparan. Desa yang tadinya muram kini kembali ceria, dan orang-orang tak henti-hentinya berterima kasih kepada Heiho.
Tak lama setelah itu, pria asing tersebut kembali menemui Heiho. Kali ini, ia tak lagi berpakaian lusuh. Ternyata, pria itu adalah dewa yang menyamar. "Heiho, kebaikanmu kepada orang-orang, terutama kepada seorang wanita tua beberapa waktu lalu, telah membuatku tergerak. Aku memberimu pohon ajaib ini sebagai balasan atas hatimu yang tulus."
Heiho tersenyum bahagia. "Terima kasih, dewa. Tapi, aku melakukan semua ini bukan untuk mendapat balasan, melainkan karena aku percaya bahwa membantu sesama adalah hal yang benar."
Dewa itu tersenyum. "Dan itulah mengapa kau pantas mendapatkannya. Teruslah seperti ini, Heiho, dan dunia akan selalu berpihak padamu."
Sejak saat itu, Heiho hidup dengan damai, membantu orang-orang tanpa pamrih. Pohon ajaib itu terus tumbuh subur, dan desa kecil tempat tinggalnya tak pernah kekurangan makanan lagi.