Breaking News

Kajian "Dulmuluk" dari sisi yang lain

Tulisan Oleh: H. Albar Sentosa Subari*)

Jendelakita.my.id - Dr. Raja Suzana Fitri, M. Pd., dalam perbincangan sebagai Nara sumber pada acara Silaturahmi Kerja Lembaga Adat Rumpun Melayu se Sumatera di Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau tanggal 5 Agustus 2024, menyampaikan materi diskusi berjudul Penyengat Tamaddun Melayu.

Menyebut bahwa Syair Abdul Muluk adalah karya Raja Saleha saudara perempuan dari Raja Ali Haji pengarang syair Gurindam 12.

Yang menarik dari akhir paparannya mengatakan bahwa Syair Abdul Buluk lahir dari Pulau Penyengat melalui karya keluar kerabat Raja Ali Haji yaitu Raja Saleha. Namun di tanah asalnya tidak sepopuler di Tanah Melayu Palembang. Bagaimana ceritanya. Setelah kembali ke Palembang dengan modal sebuah buku karangan Aswandi Syahri dkk yang berjudul Khasanah Manuskrip Riau-Lingga Abad 19 ( Pemerian Tiga Puluh Manuskrip Melayu Warisan Zaman Kerajaan Riau - Lingga, 2019. Terdapat judul bab yaitu 

Surat Hikayat Sultan Abdul Muluk (Karya Raja Ali Haji Yang Banyak "Versi Avatar nya".

Pada halaman 38 - 41 dari Khasanah Manuskrip Riau-Lingga Abad 19 itu terurai sebagai berikut;

Banyak versi yang ditampilkan setelah Surat Hikayat Sultan Abdul Muluk (SHSAM) ditampilkan pertama kali di Batavia pada tahun 1847 karya Philippus Roorda Van Eijsinga menggunakan huruf Jawi, huruf Arab Melayu, dengan terjemahan nya bahasa Belanda dimuat dalam volume 4 majalah ilmiah Tjdschrift voor Nederland 's Indie milik perkumpulan Bataviaasch Genootschap..

Menurut keterangan Khasanah Manuskrip Riau-Lingga Abad 19 yang dimuat pada halaman 39. Ada kesalahan penulisan pengarang nya oleh Roorda (edisi dalam teks Jawi disebut bahwa pengarang SHSAM adalah Sri Paduka Yang di-Pertuan Muda Raja Ali Haji ibni Haji Ahmad ibni Yang di-Pertuan Muda Raja Haji Fisabilillah.

Dalam perjalanan sejarahnya, kesalahan bukan saja terjadi pada penulisan nama Raja Ali Haji sebagai pengarangnya, akan tetapi kepangarangannya atas SHSAM juga diragukan oleh beberapa pakar sastra Melayu klasik, bahkan hingga kini.

Mengapa hal ini terjadi? . Semuanya berpunca dari katalogus Van Ronkel (190:321), yang menyebut adanya catatan L. W.C Van den Berg, dalam daftar manuskrip Melayu yang disusunnya, tentang sebuah manuskrip berjudul Syair Sultan Abdulmuluk yang dilengkapi dengan catatan Hermaan von de Wall dalam bahasa Belanda yang terjemahan nya kira kira sebagai berikut;

Roorda salah ketika menyebut pengarangnya adalah Raja Ali Haji Riouw, karena sesungguhnya syair hikayat ini disusun saudara perempuannya yang bernama Raja Salihat atau Saleha.

Setelah diterbitkan pada tahun 1847, SHSAM yang hadir dan dua bahasa dan dua tulisan (Jawi-Melayu dan Latin-Belanda) menjadi populer dan tampil salah satu karya sastra yang penting di Hindia dan alam Melayu, karena kemudian menjadi sumber inspirasi dalam melahirkan berbagai versi ' inkarnasi ' atau " Avatar" sastranya sejak pertengahan abad ke 19 hingga dekade dekade awal abad ke 20.

Di Singapura, SHSAM muncul dengan judul : Syair Abdul Muluk, Hikayat Abdul Muluk, Sultan Abdul Muluk di Dalam Negeri Barbari, Syair Abdul Muluk Siti Rafiah, Syair Abdul Muluk Isterinya Bernama Rafiah, Syair Abdul Muluk dan Siti Rafiah dan lain sebagainya, sejak tahun 1860 an hinggy1917.

Selain itu, SHSAM (Surat Hikayat Sultan Abdul Muluk) juga dicetak di Palembang 

Avatar yang lain, dalam sastra Melayu - Tionghoa, yakni sebuah cerita berjudul Syair Cerita Siti Akbari yang digubah oleh sastra Melayu - Tionghoa Lie Kim Hok pada tahun 1922.

Inkarnasi yang lain dari SHSAM sehingga populer adalah lahir sebuah teater rakyat hasil kreasi seorang bernama HASAN yang berasal dari Talang Pangeran Kecamatan Pemulutan Ogan Komering Ilir Palembang. Teater rakyat yang diciptakan nya berdasarkan kisah kisah dalam SHSAM tersebut muncul untuk pertama kalinya di kampung Tebing Abang, Palembang pada tahun 1919. Itulah tester rakyat yang kemudian populer sebagai TEATER DUL MULUK.

Garis besar narasi SHSAM sebagai mana dikutip dari buku di atas adalah cerita Abdul Muluk, putra Sultan Abdul Hamid dari negeri Barbari. Dia menikah dengan seorang putri bernama Siti Rahmah, lalu menikah untuk keduakalinya dengan seorang putri Sultan Negeri Ban yang bernama Siti Rafiah.

Mereka hidup bersama dan Sultan Abdul Muluk menjadi Sultan di negeri Barbari. Namun suatu hari di serang oleh Sultan Hindustan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Dalam peperangan itu, Abdul Muluk dan isterinya Siti Rahmah tertangkap. Sementara isteri keduanya, Siti Rafiah, yang ketika itu lagi mengandung, berhasil menyelamatkan diri lari ke hutan, dan dilindungi oleh seorang pertapa. Di hutan itulah, Siri Rafiah melahirkan anak laki laki yang diberi nama Abdul Gani. Tak lama Siti Rafiah meninggalkan anaknya pada sang pertapa, dan menyamar sebagai seorang laki-laki bernama Dura untuk mencari dan menyelesaikan suaminya.

Siti Rafiah berhasil mengalahkan Sultan Hindustan dengan bantuan pasukan negeri Barbaham dan dapat membebaskan Abdul Muluk serta madunya, Siti Rahmah.

Narasi SHSAM disudahi dengan happy ending, Abdul Muluk dari negeri Barbari kemudian menjadi Sultan Sultan Negeri Ban Hindustan. Negeri nya makmur, dan Abdul Muluk hidup bersama kedua isterinya dan anaknya Abdul Ghani.

Tentu semuanya perjalanan ceritain di awali dengan bait bait syair. Baik di awal maupun di akhir cerita.

Menurut Braginsky (1998: 397-398), esensi narasi SHSAM yang tidak kalah panjangnya dibandingkan dengan syair Bidasari ini, memberikan penekanan pada tingginya akhlak mulia dan kecerdikan seorang perempuan.

(Demikian sebagian kutipan dari buku Khazanah Manuskrip Riau-Lingga Abad 19 karangan Dato' Aswandi Syahri dkk, 2019.)

Kutipan ini didorong karena di Palembang syair Abdul Muluk hingga sekarang masih dimainkan dalam bentuk teater Dul Muluk.

Beberapa pemainnya masih penulis kenal saat tim teater Dul Muluk ini bersama penulis menampilkan acara di kota Pekanbaru Riau beberapa puluh tahun yang lalu. Tentu para anggota nya sudah banyak yang telah berpulang ke Rahmatullah.***

*) Penulis adalah Ketua Lembaga Adat Melayu Sumatera Selatan.